Tuesday, April 3, 2012

Pekerja Seks India Menikah Massal


Pekerja Seks India Menikah Massal
 Jasvinder Sehgal (Asia Calling/Vadia, Gujarat, India)
            Hampir tiga ribu orang berbondong-bondong ke Desa Vadia untuk ikut perayaan. Delapan pengantin perempuan memakai sari warna-warni. Sementara pengantin prianya membawa pedang dan memakai topi tradisional. Perempuan 23 tahun yang tidak mau disebutkan namanya, memandang para pengantin baru itu dengan bahagia. Ia baru saja berhenti jadi pekerja seks dan berencana untuk segera bergabung dengan mereka.
            “Saya mau menikah karena saya ingin hidup damai dan bahagia. Saya sudah ceritakan masa lalu saya pada tunangan saya dan berjanji akan membahagiakan hidupnya,” ujar salah satu calon pengantin perempuan.
            Seorang pemuda berusia 22 tahun jadi salah satu pengantin pria. Istrinya bekas pekerja seks tapi ia yakin istrinya akan berhenti sekarang.
            “Sangat senang bisa menikah. Hari ini saya sangat bahagia dan tidak peduli dengan masa lalu istri saya. Saya akan berusaha membahagiakan dia.”
            Prostitusi dianggap tradisi dan menjadi pendapatan utama penduduk desa. Tapi seorang remaja bernama Hemi Sarania berontak terhadap praktik itu. Ia mengatakan pada keluarganya kalau dia tidak mau jadi pelacur dan memilih untuk menikah.
Desa Vadia di negara bagian Gujarat India, dikenal sebagai 'desa pelacur' – dimana industri seks menjadi pemasukan utama bagi 150 keluarga yang tinggal di sana. Sebagian besar perempuan bekerja sebagai pekerja seks sementara para pria dalam keluarga menjadi mucikarinya.
            Masyarakat menerima ide itu kata Vijay Bhatt, pegawai pengembangan desa bentukan pemerintah.
            “Masalahnya mereka berkecimpung dalam profesi ini dari dulu. Setiap upaya campur tangan terhadap mereka pasti akan berdampak. Tapi hal pertama yang kami perhatikan adalah setelah seorang gadis menikah, ia keluar dari profesinya.”
            Prostitusi adalah sesuatu yang ilegal di India dan para pelakunya mengalami stigma sosial yang berat. Para perempuan dalam industri ini kerap menjadi korban eksploitasi seksual serius. Para pekerja seks sebelumnya juga banyak yang sudah menikah - tapi biasanya mereka bersuamikan pelanggan lama. Dan setelah itu, para perempuan tetap bekerja sebagai pekerja seks.
            Upacara pernikahan massal ini diselenggarakan LSM lokal bernama Vicharta Samuday Samarthan Manch .
“Kemiskinan jadi alasan utama para penduduk desa mendorong anak perempuannya ke dalam industri seks. Mereka pinjam uang dari mucikari dan bila tidak bisa mengembalikan uang itu, para germo akan mendorong anak perempuan mereka yang berusia 13 hingga 15 tahun untuk terjun dalam bisnisnya,”  ujar Mittal Patel, direktur Vicharta Samuday Samarthan Manch.
            “Kami telah membantu mereka dengan berbagai skema, dari menyediakan pekerjaan alternatif hingga rumah. Ini cara kami mendapatkan kepercayaan mereka. Dan kemudian kami belajar kalau mereka punya tradisi untuk tidak membolehkan para gadis untuk terjun dalam perdagangan seks bila sudah bertunangan atau menikah.”
            Ramesh Ji Patel terus tersenyum sepanjang upacara. Saudara perempuannya menikah dan anak perempuannya bertunangan. Keduanya bekas pekerja seks.
             “Bahagia, sangat bahagia! Mereka sangat bahagia bersama pasangannya sekarang. Mittal menciptakan kempatan yang indah buat kami. Mereka meyakinkan kami dan saya kira para perempuan ini tidak akan kembali menjadi pekerja seks lagi.”
            Kini pemerintah daerah mendukung pernikahan massal ini. Kepala distrik Gujarat, JB Vora , yang bertindak sebagai paman dari pihak ibu secara kolektif, memberikan sari pernikahan kepada para pengantin perempuan untuk upacara itu.
             ”Upacara ini terjadi karena dukungan aktif pemerintah Negara Bagian, kelompok aktivis sosial dan masyarakat lokal. Ada delapan pengantin perempuan yang usia 18 tahun ke atas yang menikah dengan para pria muda dari komunitas lokal. Sedangkan 12 gadis di bawah 18 tahun bertunangan dan akan menikah nanti,” tutur Vora.
             “Ini waktu untuk bergembira karena tergambar perubahan dalam masyarakat. Mari kita sambut perubahan yang tentunya akan mengubah kehidupan.”
            Tapi tidak semua orang senang dengan dengan perubahan ini - terutama kerabat laki-laki pihak perempuan. Selama bertahun-tahun mereka menjadi mucikari tapi kini mereka bakal kehilangan pemasukan. Beberapa diantaranya mengancam LSM Vicharta Samuday Samarthan Manch lewat telfon, kata Mittal Patel.
            “Lima perempuan mundur dari pernikahan karena ada ancaman dari mucikari terhadap keluarga untuk mengembalikan uangnya. Situasinya jadi tegang. Tapi kemudian kami menerima 14 perempuan lagi untuk upacara ini.”
            Para penjaga perempuan itu melapor ke polisi – dan upacara itu dijaga ketat polisi. Kepala desa, Sarju Patel, gembira dengan babak baru ini.
“Ini pertama kalinya dalam sejarah desa kami untuk menyelenggarakan pernikahan massal bagi para pekerja seks. Sebagai kepala desa, saya lelah karena selalu diejek orang daerah lain. Saya senang pernikahan ini akan mematahkan siklus eksploitasi dan para gadis muda akan diselamatkan dari profesi tradisional sebagai pelacur. Saya berterimakasih kepada semua pendukung kami.”
            Tapi beberapa tantangan terbentang di depan mata dan banyak yang tidak yakin ide ini akan berhasil. Salah satunya Ratan Karyani, koordinator organisasi Mukti Dhara Sanstha , yang bekerja untuk membela hak-hak orang nomaden.
            Dia bilang perempuan itu tidak butuh suami... yang mereka butuhkan adalah pekerjaan.
“Saya sudah mengadakan pernikahan bagi beberapa pekerja seks di daerah saya. Tapi itu gagal total. Kita harus memikirkan program rehabilitasi komplit, ditambah  kesempatan kerja. Menyelenggarakan upacara pernikahan bukan jalan keluarnya.”
             
            Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan relay programnya di  BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00 WIB


No comments:

Post a Comment