Musik Rock dari Balik Penjara India
Bismillah Geelani
Asia Calling/New Delhi
7/2/2013
Ini dia Flying
Souls, band narapidana pertama India dari Penjara Tihar, penjara terbesar di
Asia Selatan.
Mereka baru saja
meluncurkan album musik komersial pertamanya, yang diproduksi di balik jeruji besi.
Di sebuah pesta
peluncuran album musik di New Delhi, para anggota band rock, Flying Soul, foto
bersama dengan sejumlah pejabat lokal. Mereka berfoto sambil memegang album
debutnya, terlihat begitu bersemangat dan percaya diri.
Artis mana pun bisa
saja membuat album, tapi acara ini berlangsung di dalam penjara terbesar di
Asia Selatan. Di dalamnya ada 10 ribu tahanan, diantaranya adalah tahanan
paling kejam di negeri itu. Para musisi ini semuanya adalah narapidana sedangkan
penyelenggara acara adalah sipir penjara.
Shivani Vasan, 29 tahun, salah satu penyanyi
band itu, sudah mendekam di Penjara Tihar selama 4 tahun, dan kasus pembunuhan
yang membelitnya sedang maju ke pengadilan.
“Ini semua adalah takdir. Takdir yang membawa
orang ke tempat-tempat yang tidak diketahui, yang bagi saya itu adalah Tihar.
Mungkin Tuhan sedang memberi saya kesempatan untuk memenuhi impian masa kecil.
Saya selalu ingin jadi penyanyi, bahkan orangtua saya pun berharap hal yang
sama. Tapi ini tidak terwujud di luar tapi sekarang impian saya jadi
kenyataan.”
Album mereka
berjudul ‘Jane Anjane’ atau 'dikenal dan tidak dikenal'. Ada enam lagu dalam
album itu dan kesemuanya mereka yang buat. Cinta dan perpisahan adalah tema
utama album ini sedangkan lagu lain bercerita tentang seperti apa hidup di
dalam penjara. Album ini direkam di dalam studio yang dibuat di dalam penjara.
Amit Saxena,
penyanyi utamanya, sudah sembilan tahun dipenjara terkait kasus pembunuhan. Tak
lama lagi dia akan bebas.
“Kami menghabiskan
seluruh waktu kami untuk musik karena musik menawarkan cara melarikan diri yang
mudah. Hidup kami tertekan di sini, jauh dari rumah, kami juga meridukan
keluarga. Ini benar-benar sulit dan musik memberi kami kekuatan untuk mengatasi
semuanya. Dan kini, musik memberi kami nama dan ketenaran dan mengubah hidup
kami sehingga saya merasa sudah menjadi bintang.”
Para anggota band adalah finalis dari ajang Tihar Idol, acara pencarian
bakat yang meniru program TV terkenal, Indian Idol.
Lewat audisi yang
berlangsung selama tiga bulan, lebih dari 350 tahanan dipilih untuk bersaing
mengadu kemampuannya dalam kategori musik, menyanyi, menari serta akting.
Sebuah perusahaan
musik lokal, Music One Records, secara sukarela melatih dan mendidik para napi
untuk kompetisi itu.
“Saya sangat terkesan dengan bakat-bakat di
penjara ini. Lagu, lirik dan akting serta keterampilan menari mereka meyakinkan
saya dan akhirnya saya memutuskan akan melakukan sesuatu yang lebih besar
dengan mereka dan hasilnya album musik yang kami dirilis hari ini,” ujar
direktur Music One Records, Naresh Bainsala.
Bainsala mengatakan
hubungan dekat selama setahun dengan para napi Tihar, memberinya wawasan langka
soal kehidupan penjara. Ini membantunya menghilangkan banyak kesalahpahaman.
“Masyarakat
berpikir sekali orang berbuat jahat, selamanya ia adalah penjahat. Tapi itu
tidak tepat. Seseorang bisa berbuat salah pada satu waktu, tapi selalu ada
ruang untuk berubah. Saya melihat banyak orang berubah dan saya yakin itu hanya
masalah waktu dan kesempatan. Kita beri mereka sedikit kesempatan dan hari ini
mereka telah membuktikan jika masyarakat juga membuka dan menerima mereka lagi,
mereka tidak akan mengecewakan masyarakat. Saya harap album musik ini akan
membantu menyebarkan pesan itu.”
Selama bertahun-tahun, pihak berwenang di Tihar telah memperkenalkan
sejumlah reformasi inovatif untuk mencegah narapidana menjadi penjahat
kambuhan.
Lokesh Chandra,
pengawas dari Penjara nomor 7 menegaskan mengadakan acara ini adalah bagian
dari agenda reformasi.
“Kehidupan penjara
membuat para napi frustrasi. Mereka tertekan sepanjang waktu. Karena itulah
kami buat kompetisi ini. Bahkan ide acara seperti Indian Idol ini datang dari
para napi. Kami pikir itu ide yang bagus dari sudut pandang kebijakan reformasi,”
tutur Chandra.
“Memang tetap ada
resiko tapi sekarang kami bisa bilang kami layak mengambil resiko karena telah
mengubah mereka sepenuhnya. Mereka menemukan orang yang baru dalam dirinya. Ini
membuat mereka menyadari sisi kreatif mereka dan kebanyakan kini fokus untuk
mengembangkannya. Sekarang mereka tidak lagi berpikir tentang cara-cara
melakukan kejahatan, tapi bagaimana mereka bisa dapat mewujudkan kreativitas
mereka setelah keluar dari penjara.”
Ada berbagai kasus yang mengirim mereka ke balik jeruji besi. Tapi satu
hal yang pasti, mereka punya kesamaan: punya dorongan kuat untuk segera memulai
lembaran baru. Dan musik adalah pilihan pertama mereka.
Dheeraj Sansi terpilih
menjadi Penyanyi Pria Terbaik dalam kompetisi Tihar Idol. Dia masuk penjara
karena dugaan penculikan.
“Saya sudah memutuskan untuk menjauhkan diri
dari kejahatan dan para penjahat. Saya tidak akan pernah berpikir lagi untuk
itu. Sekarang saya akan mengikuti cara yang ditunjukkan Tihar Idol kepada saya
dan saya akan jadi bintang. Saya yakin bisa melakukannya.”
Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling,
program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita
radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10
negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan
relay programnya di BAFP RADIO
STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00
WIB
No comments:
Post a Comment