Thursday, May 24, 2012

‘Orang Kecil’ Filipina Bermimpi Besar


                                                                                   ‘Orang Kecil’ Filipina Bermimpi Besar

Madonna Virola
Asia Calling/Manila

Satu pintu kayu bundar menyambut pengunjung. Masuk ke tempat itu ada gambar-gambar dari film “Lord of the Rings” yang dipajang di dinding. Seorang musisi sedang berada di atas panggung.
                Selamat datang di Hobbit House – satu bar bertema novel fantasi karya JRR Tolkien, satu dunia dengan aneka miniatur. Termasuk para pelayan.
                Bar ini dibuka pada 1973, dan sudah mempekerjakan orang-orang kecil atau katai sebagai pelayan sejak awal tempat ini dibuka.  Pidoy Fetalino, 59 tahun, manajer klub ini, tingginya hanya satu meter dan ia sudah bekerja di sini selama 30 tahun lebih.
                “Rumah Hobbit ini membantu kami menyediakan lapangan pekerjaan. Nama ‘hobbit’ berasal dari buku “Lord of the Rings”. Di sinilah orang-orang bertubuh kecil bisa membantu orang kecil lainnya. Jumlah orang seperti saya terus bertambah, tapi saya hanya segelintir di antara mereka yang punya pekerjaan tetap.”
                Tidak ada data  jumlah orang katai atau orang kecil yang resmi di Filipina, tapi mereka mudah ditemukan ibukota – tempat mereka mencari pekerjaan.
                Pengangguran tergolong tinggi di sana  dan rumah Hobbit ini adalah salah satu tempat di mana tubuh yang pendek tidak akan membuat orang tak mendapatkan pekerjaan.
                Sebagian besar pekerjaan itu, termasuk kantor biasa dan klub lainnya, punya syarat tinggi badan – banyak tempat yang ingin pegawai mereka lebih tinggi dari satu meter. Mereka  mementingkan penampilan.
                Sebutan ‘Orang kecil’ kerap dilekatkan dengan dunia hiburan. Di sana  mereka hanya akan mendapatkan pekerjaan sebagai pemeran pengganti atau manusia meriam. Sebagian dibayar 20 persen lebih rendah ketimbang mereka dengan tinggi badan normal.
                Ini adalah pekerjaan pertama bagi Christina Torralba di Hobbit House. Dia bekerja sebagai kasir. Dia  mengaku sering mendapatkan cibiran yang sangat menyakitkan.
                ”Kalau berjalan kaki di luar, orang-orang mengolok-olok saya karena saya pendek. Awalnya itu menyakitkan.  Lambat laun saya dan teman-teman lainnya belajar untuk menerimanya.”
                Ia bersama sang suami bergabung dengan satu kelompok bernama “Asosiasi Orang Kecil Filipina” yang berdiri pada tahun 1980-an.  Kelompok itu sempat vakum sebentar, tapi dihidupkan kembali lima tahun lalu dan kini para anggotanya rutin menggelar pertemuan. 

Impian terbesar mereka adalah menciptakan “Kota Orang Kecil” – satu tempat tinggal yang diciptakan khusus untuk orang-orang kecil yang kelak dirancang sebagai tujuan wisata. Tempat itu sudah siap dibangun– di atas sebidang tanah seluas 6,000 meter persegi dekat kota Montalban. 
                Edward Vito, juru bicara asosiasi, mengatakan: “Ada dermawan kaya raya yang simpati kepada kami, jadi dia memberikan tanahnya kepada kami. Tapi sekarang ini masih berbentuk bukit berumput. Kami akan bangun rumah-rumah yang sesuai dengan ukuran kami, kami akan mendirikan bar, gereja, toko souvenir... tapi pasti biayanya akan mahal sekali!”
                “Kota orang kecil” sudah ada sejak lama – yang paling baru didirikan di kota Kunming, Cina. Di sini rumah-rumah dibangun berbentuk jamur, sementara para warga berpakaian seperti pahlawan dari cerita-cerita dongeng.
                Kalau “Kota Orang Kecil” ini sudah jadi, akan ada lebih banyak orang lagi yang bergabung dengan kelompok ini. Sementara itu pemerintah masih mempertimbangkan untuk turut membantu atau tidak.
                Ria dela Paz, Sekretaris Eksekutif  Home Development Mutual Fund – satu badan peminjaman uang milik pemerintah, mengatakan pihaknya  berjanji untuk membantu mewujudkan impian rumah idaman para orang kerdil ini.
                ”Kami akan membantu mereka menemukan pengembang untuk membangun satu kota untuk komunitasnya sesuai keinginannya. Hal yang paling penting adalah kita harus mengecek harga yang sanggup dibayar setiap pegawai. Itulah persyaratan yang kami minta dari setiap anggota kelompok ini, untuk menentukan berapa banyak unit yang mereka dan biaya untuk membangun komunitas itu.  Sebaliknya, mereka akan bantu kami menyediakan hal-hal yang diperlukan supaya kami bisa mendanai mereka.“
                Christina Torralba sudah tidak sabar melihat rencana rumah baru untuk orang-orang kecil Filpina ini segera terwujud.
                ”Kami sudah cukup lama mengontrak satu tempat di Manila. Dengan bantuan yang tepat, saya yakin, kami bisa berhasil seperti orang lain. Kami ingin mendapatkan bantuan keuangan untuk program mata pencaharian kami, meski jumlahnya hanya sedikit.” Kata dia optimistis.

Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan relay programnya di  BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00 WIB

No comments:

Post a Comment