Anita Naree, Duta Besar Toilet India
Shuriah Niazi
Asia Calling/ Desa Jheedtudhana, Madhya Pradesh , India
Mei lalu Anita
Narre menikah dengan seorang buruh harian Shivram Narre.
Tapi dia langsung meninggalkan rumah di malam pertama setelah upacara pernikahannya
begitu tahu tak ada toilet di rumah tersebut.
“Saya katakan sama dia, kalau dia
ingin saya kembali ke rumah, kamu harus membangun toilet. Saya tidak bisa pergi buang air besar ke luar. Saya
tidak terbiasa. Dan kamu harus melakukannya demi saya.Saya tidak punya masalah
dengan kamu, kecuali soal yang satu itu,” ujar Anita.
“Saya tidak pernah berpikir seorang perempuan bisa melakukan hal itu pada
malam pertama pernikahannya. Saya tidak punya pilihan. Jadi saya mendekati
kepala desa, dan beberapa warga desa membantu saya membuat
toilet itu dalam delapan hari,” kata Shivram belum hilang rasa terkejutnya.
Separuh penduduk India tidak punya
toilet di rumah – artinya, lebih banyak orang di negeri itu yang buang air
besar di tempat terbuka, dibandingkan tempat lainnya di dunia.
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ini adalah praktek sanitasi yang paling
berbahaya.
Pada
Februari, salah satu menteri mengklaim perempuan lebih memilih punya telpon
genggam ketimbang toilet.
Tapi tidak begitu dengan Anita. Perempuan,
20 tahun, berasal dari negara bagian Madhya Pradesh ini, kini duta besar
toilet.
Pasangan Anita dan Shivram tinggal
di Jheedtudhana, satu desa kesukuan yang berjarak 180 kilometer dari ibukota negara
bagian Madhya Pradesh. Secara budaya, warga desa menganggap toilet di dalam
rumah sebagai hal yang kotor – juga mahal karena memakan biaya sekitar 27,5
juta rupiah lebih.
Berdasarkan data baru-baru ini lebih
dari 70 persen keluarga di negara bagian, buang air besar di tempat terbuka.
Tapi ini tentunya lebih sulit untuk para perempuan. Pasalnya mereka harus menunggu sampai malam supaya bisa punya
sedikit privasi – tapi itu pun mereka terancam diserang orang lain. Sebagian
malah sengaja minum dan makan lebih sedikit supaya tak perlu buang air terlalu
sering.
Anita beruntung – sebagai anak
perempuan dari seorang guru, kedua orangtuanya punya toilet di dalam rumah.
Permintaan Anita untuk mendapatkan toilet tak semata-mata untuk alasan
kebersihan.
“Setiap perempuan berhak untuk
menjalankan hidup yang bermartabat, dan mereka harus berjuang untuk
mendapatkannya. Menurut saya perempuan tidak aman membuang air besar di
luar. Mereka menghadapi banyak kesulitan
dan sering mengalami pelecehan,” ujar Anita.
Setelah permintaan Anita ini,
keluarga lainnya di desa itu terinspirasi untuk membuat toilet.
Karena keberaniannya, Anita mendapatkan hadiah uang lebih 90 juta rupiah
dari Sulabh International, sebuah LSM yang mempromosikan sanitasi. Uang
diberikan oleh Menteri Pembangunan Daerah Pedesaan, Jairam Ramesh.
Sebulan sebelumnya, dalam acara
peluncuran laporan Tujuan Pembangunan Milenium Asia-Pasifik, Ramesh mengatakan,
sanistasi adalah masalah yang sulit bagi para perempuan.
"Ini menyangkut perubahan
perilaku, dan para perempuan lebih meminta telfon seluler. Mereka tidak mau
toilet. Cara pemikiran seperti itulah yang kami harus atasi. Enam puluh persen dari kasus buang air besar
di tempat terbuka terjadi di India, di negara di mana ada 700 juta telfon
genggam. Jadi faktor permintaan sangat penting."
Di desa Anita, sekarang permintaan
itu sudah ada – dan juga di tempat lainnya.
Banyak orang yang yakin,
contoh yang ia buat akan memotivasi anak-anak perempuan India untuk memasukkan
keberadaan toilet dalam syarat perjodohan mereka.
“Para perempuan di India ingin
toilet, dan bukan telfon genggam. Tapi sulit bagi para lelaki untuk mengerti
perasaan perempuan. Mereka harus mengerti, martabat lebih penting dari apapun,”
ujar Anita.
Pemerintah pusat bekerja selama 10 tahun
lebih untuk membangun fasilitas sanitasi di daerah pedesaan, lewat program
Total Sanitation Campaign. Tahun lalu, kampanye ini dianggap gagal karena warga
desa menggunakan toilet baru mereka sebagai tempat penyimpanan, mandi dan
mencuci pakaian.
Tapi kini, pemerintah mengambil
resiko dan berjanji, dalam 10 tahun mendatang daerah pedesaan bakal bebas dari
perilaku buang air besar di tempat terbuka. Para perempuan akan memainkan peran
baru dalam kampanye ini dengan menekankan pentingnya keamanan dan martabat.
Candrashekhar Borkar. kepala
pemerintah distrik Bentul, mengatakan,“Saya sudah menyampaikan proposal untuk
membuatnya sebabai duta besar distriknya, untuk mendukung para warga desa
supaya membuat sanitasi yang layak. Menurut saya, dia adalah orang yang tepat
untuk meningkatkan kesadaran di daerah kesukuan.”
Artikel
ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan
Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia
Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita
lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan
relay programnya di BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan
Minggu jam 20.00 WIB
No comments:
Post a Comment