Friday, April 20, 2012

Komunitas Bishnoi: Pelestari Alam Pertama di India


Komunitas Bishnoi: Pelestari Alam Pertama di India
Felix Gaedtke dan Gayatri Parameswaran (Asia Calling/Desa Khejarlee, Rajashtan, India)

Di sekitar  Desa Khejarlee, suasana hutan begitu hidup. Daerah ini merupakan daerah hijau Padang Pasir Thar yang gersang.  Inilah rumah komunitas Bishnoi.
            Shivdas Shastri, yang mengenakan kaos berwarna oranye kunyit, yang sewarna dengan sorbannya, adalah pendeta setempat. Ia menceritakan soal hutan ini sambil tersenyum.
             “Dua abad lalu, sang Raja memerintahkan untuk menebang hutan ini demi pembangunan satu benteng. Waktu itu para laki-laki suruhan Raja datang dan menebang pohon, tapi warga desa Bishnoi datang dan berdemo. Mereka mengatakan,  ‘Kami akan mati, tapi kami tidak akan biarkan kalian menebang pohon-pohon ini,” tutur Shivdas.
“363 orang tewas dalam pembantaian pada hari itu.  Inilah tempat para martir . Jadi kami menganggapnya sebagai tempat yang sangat suci. Inilah pesan yang kami ingin sampaikan kepada seluruh negeri – selamatkan linkungan.”
Komunitas Bishnoi yang hidup negara bagian Rajashtan,  bagian barat daya India, seringkali disebut sebagai pelestari lingkungan pertama negeri itu.  Selama lima abad, mereka telah melindungi hutan apa pun resikonya.
            Kepercayaan agama mereka menekankan pada kasih, perdamaian dan keharmonisan antara manusia dan alam. Tapi kini, alam di sekitar mereka rusak.
            Agama Bishnoi – atau yang sekarang ini disebut sebagai agama lingkungan – dibentuk oleh sang guru Jambeswar  pada abad ke-15. Ia yakin, manusia hanya bisa berhasil kalau menjaga lingkungan. Ia memberikan 29 aturan kepada para pengikutnya, untuk melestarikan keanekaragaman hayati, dan mempromosikan masyarakat sehat yang ramah lingkungan.
            Beberapa hukum itu termasuk menyayangi semua mahkluk hidup serta larangan untuk menebang pepohonan yang hijau.
            Pemimpin orang Bishnoi bernama Fanglu Ramji membacakan peraturan ini.
            “500 tahun yang lalu pemimpin spiritual kami mengatakan,, ‘Kalau Anda hidup sesuai dengan ajaran saya dari pagi sampai malam,  Anda akan menjalankan hidup yang bahagia dan mendapatkan keselamatan setelah mati. ’Dan setelah itu ia  memberikan 29 aturan ini kepada kami. Setiap malam, kami menilai kembali apa saja yang kami sudah lakukan sesuai dengan ajaran pemimpin spiritual kami, dan hal apa saja yang salah. Inilah iman kami.” 
            Hewan-hewan seperti rusa, burung merak dan beberapa spesies yang terancam punah seperti kijang jenis chinkara hidup diantara komunitas Bishnoi. Kadang para perempuan bahkan memberikan ASI kepada bayi hewan-hewan yang dibunuh para pemburu liar.
            Kaum Bishnoi kadang disebut sebagai polisi lingkungan yang secara agresif melindungi pepohonan dan hewan-hewan.
            Ada satu pepatah yang mengatakan, kalau Anda seorang pemburu, hal terburuk yang bisa terjadi adalah jika Anda ditangkap oleh orang Bishnoi. Banaram Bishnoi dulu ikut satu tim untuk menangkap para pemburu liar.
             “Salah satu warga desa menangkap dua pembuur liar  yang memburu beberapa hewan liar. Ia minta bantuan warga desa, tapi mereka tetap teriak balik, “ ujar Banaram.
Kami datang, kami datang, coba teruslah bertahan’.  Selama tujuh kilometer Anda bisa dengarkan teriakan ini. Kami tidak punya senjata, tapi sebagian dari kami  bawa tongkat. Saya hanya berada satu kilometer dari tempat itu.  Saya dengar para pemburu liar itu punya senapan dan pistol.  Tapi warga desa Bishnoi melawan dia, dan kami menahannya sampai pihak berwajib datang.”
            Dalam kejadian lain, orang Bishoi menangkap seorang pemburu, menelanjanginya lalu memaksanya berbaring di atas pasir padang gurun yang panas. Tapi bukan pemburu liar saja yang menjadi ancaman.
            Sungai  Loni  adalah satu-satunya sungai yang mengalir melalui padang pasir – dan kini sungai tercemar limbah industri. Sungai yang dulunya merupakan tempat warga  menyambung hidup warga kini sudah berwarna hitam. Tanah pertanian yang dulu subur, kini sudah berubah gersang.
“Dulu saya menanam banyak biji-bijian, gandum dan biji sawi - semuanya. Sekarang tidak ada yang bisa tumbuh, bahkan rumput sekalipun. Tidak jauh dari sini, di mana air belum tercemar, Anda bisa menanam sejumlah tanaman. Tapi kalau air limbah itu sudah sampai, Anda tak bisa menanam apa pun. Tanah langsung jadi gersang.  Rusa, burung merak, kelinci, burung dan sapi- mereka semua meminum air itu, lalu sakit dan mati,” Balaram Bishnoi, salah satu petani di daerah ini, mengatakan.
            Balaram dan petani lainnya di desa ini, yang sebagian besar adalah orang Bishnoi, melaporkan kasus ini kepada Pengadilan Tinggi Rajasthan beberapa tahun lalu, melawan berbagai indusri yang menyebabkan penceraman ini. Mereka masih menunggu putusannya.
            Namun, dalam kasus serupa pada bulan lalu, Pengadilan memerinthakan 800 perusahaan tekstil untuk berhenti membuang limbah asam ke dalam sungai.
            Faglu Ramji sedang bermain bersama cucu-cucunya  di halaman.
            Ke-29 peraturan Bishnoi berlaku di dalam komunitas ini, secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.  Ia mengatakan, akan terus menjalankan tradisi mereka, dan terus berjuang.
            “Kami senang sekali karena  apa yang dikatakan sang Guru kepada kami soal lingkungan selama 550 tahun lalu, memang benar.  Ia mengatakan, ada kehidupan di dalam pepohanan. Sekarang dunia menyadari nilai-nilai dari ajarannya, mereka katakan jangan menebang pohon atau seluruh dunia akan hancur. Tidak akan ada hujan, dunia akan kiamat karena panasnya matahari,” tutur Faglu.
“Sekarang dalam tingkat internasional, milyaran rupiah dihabiskan untuk memperbaiki lingkungan. Saya tidak tahu sebarapa banyak uang itu digunakan dengan sebaik-baiknya.  Kami sudah melayani lingkungan ini tanpa bayaran selama berabad-abad.”
             
Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan relay programnya di  BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00 WIB

No comments:

Post a Comment