Monday, February 18, 2013

Musik Rock dari Balik Penjara India



Musik Rock dari Balik Penjara India

Bismillah Geelani
Asia Calling/New Delhi
7/2/2013

     Ini dia Flying Souls, band narapidana pertama India dari Penjara Tihar, penjara terbesar di Asia Selatan.
Mereka baru saja meluncurkan album musik komersial pertamanya, yang diproduksi di balik jeruji besi.
Di sebuah pesta peluncuran album musik di New Delhi, para anggota band rock, Flying Soul, foto bersama dengan sejumlah pejabat lokal. Mereka berfoto sambil memegang album debutnya, terlihat begitu bersemangat dan percaya diri.
Artis mana pun bisa saja membuat album, tapi acara ini berlangsung di dalam penjara terbesar di Asia Selatan. Di dalamnya ada 10 ribu tahanan, diantaranya adalah tahanan paling kejam di negeri itu. Para musisi ini semuanya adalah narapidana sedangkan penyelenggara acara adalah sipir penjara.
Shivani Vasan, 29 tahun, salah satu penyanyi band itu, sudah mendekam di Penjara Tihar selama 4 tahun, dan kasus pembunuhan yang membelitnya sedang maju ke pengadilan.
 “Ini semua adalah takdir. Takdir yang membawa orang ke tempat-tempat yang tidak diketahui, yang bagi saya itu adalah Tihar. Mungkin Tuhan sedang memberi saya kesempatan untuk memenuhi impian masa kecil. Saya selalu ingin jadi penyanyi, bahkan orangtua saya pun berharap hal yang sama. Tapi ini tidak terwujud di luar tapi sekarang impian saya jadi kenyataan.”
Album mereka berjudul ‘Jane Anjane’ atau 'dikenal dan tidak dikenal'. Ada enam lagu dalam album itu dan kesemuanya mereka yang buat. Cinta dan perpisahan adalah tema utama album ini sedangkan lagu lain bercerita tentang seperti apa hidup di dalam penjara. Album ini direkam di dalam studio yang dibuat di dalam penjara.
Amit Saxena, penyanyi utamanya, sudah sembilan tahun dipenjara terkait kasus pembunuhan. Tak lama lagi dia akan bebas.
“Kami menghabiskan seluruh waktu kami untuk musik karena musik menawarkan cara melarikan diri yang mudah. Hidup kami tertekan di sini, jauh dari rumah, kami juga meridukan keluarga. Ini benar-benar sulit dan musik memberi kami kekuatan untuk mengatasi semuanya. Dan kini, musik memberi kami nama dan ketenaran dan mengubah hidup kami sehingga saya merasa sudah menjadi bintang.”


Para anggota band adalah finalis dari ajang Tihar Idol, acara pencarian bakat yang meniru program TV terkenal, Indian Idol.
Lewat audisi yang berlangsung selama tiga bulan, lebih dari 350 tahanan dipilih untuk bersaing mengadu kemampuannya dalam kategori musik, menyanyi, menari serta akting.
Sebuah perusahaan musik lokal, Music One Records, secara sukarela melatih dan mendidik para napi untuk kompetisi itu.
 “Saya sangat terkesan dengan bakat-bakat di penjara ini. Lagu, lirik dan akting serta keterampilan menari mereka meyakinkan saya dan akhirnya saya memutuskan akan melakukan sesuatu yang lebih besar dengan mereka dan hasilnya album musik yang kami dirilis hari ini,” ujar direktur Music One Records, Naresh Bainsala.
Bainsala mengatakan hubungan dekat selama setahun dengan para napi Tihar, memberinya wawasan langka soal kehidupan penjara. Ini membantunya menghilangkan banyak kesalahpahaman.
“Masyarakat berpikir sekali orang berbuat jahat, selamanya ia adalah penjahat. Tapi itu tidak tepat. Seseorang bisa berbuat salah pada satu waktu, tapi selalu ada ruang untuk berubah. Saya melihat banyak orang berubah dan saya yakin itu hanya masalah waktu dan kesempatan. Kita beri mereka sedikit kesempatan dan hari ini mereka telah membuktikan jika masyarakat juga membuka dan menerima mereka lagi, mereka tidak akan mengecewakan masyarakat. Saya harap album musik ini akan membantu menyebarkan pesan itu.”
Selama bertahun-tahun, pihak berwenang di Tihar telah memperkenalkan sejumlah reformasi inovatif untuk mencegah narapidana menjadi penjahat kambuhan.
Lokesh Chandra, pengawas dari Penjara nomor 7 menegaskan mengadakan acara ini adalah bagian dari agenda reformasi.
“Kehidupan penjara membuat para napi frustrasi. Mereka tertekan sepanjang waktu. Karena itulah kami buat kompetisi ini. Bahkan ide acara seperti Indian Idol ini datang dari para napi. Kami pikir itu ide yang bagus dari sudut pandang kebijakan reformasi,” tutur Chandra.
“Memang tetap ada resiko tapi sekarang kami bisa bilang kami layak mengambil resiko karena telah mengubah mereka sepenuhnya. Mereka menemukan orang yang baru dalam dirinya. Ini membuat mereka menyadari sisi kreatif mereka dan kebanyakan kini fokus untuk mengembangkannya. Sekarang mereka tidak lagi berpikir tentang cara-cara melakukan kejahatan, tapi bagaimana mereka bisa dapat mewujudkan kreativitas mereka setelah keluar dari penjara.”
Ada berbagai kasus yang mengirim mereka ke balik jeruji besi. Tapi satu hal yang pasti, mereka punya kesamaan: punya dorongan kuat untuk segera memulai lembaran baru. Dan musik adalah pilihan pertama mereka.
Dheeraj Sansi terpilih menjadi Penyanyi Pria Terbaik dalam kompetisi Tihar Idol. Dia masuk penjara karena dugaan penculikan.
 “Saya sudah memutuskan untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan para penjahat. Saya tidak akan pernah berpikir lagi untuk itu. Sekarang saya akan mengikuti cara yang ditunjukkan Tihar Idol kepada saya dan saya akan jadi bintang. Saya yakin bisa melakukannya.”

Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan relay programnya di  BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00 WIB




No comments:

Post a Comment