Sunday, April 8, 2012

Orang-Orang Pakistan yang Hilang


Orang-Orang Pakistan yang Hilang
Mudassar Shah (Asia calling/Islamabad, Pakistan)

Maloka , 64 tahun, sedang duduk di karpet di bawah tenda berwana oranye terang. Ia ingat dengan jelas hari saat anak dan cucu lelakinya dibawa pergi.
 “Orang-orang dari badan intelijen Pakistan mengikat tangan anak saya ke belakang. Mereka juga mengikat cucu saya. Suami saya melihat semuanya tapi tak bisa berbuat apa-apa. Dia sangat terkejut dan meninggal karena serangan jantung di tempat. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa mengurus menantu dan anaknya. Sudah tiga tahun berlalu. Kami tidak tahu mengapa mereka mengambilnya dan dihukum karena apa.”
            Ia mencari keluarganya yang hilang di kamp tentara. Ia bertemu dengan orang yang membawa anak dan cu Maloka  tidak sendiri. Ratusan ibu, istri dan anak-anak yang keluarganya hilang bersatu dalam kamp protes ini selama lebih dari sebulan terakhir. Sebuah spanduk besar 'Menunda keadilan adalah menyangkal keadilan', bersanding dengan foto-foto orang yang hilang.
cunya tapi mereka tak pernah kembali.
Sejak peristiwa 11 September lebih satu dekade lalu, ribuan orang Pakistan diculik oleh pasukan keamanan dengan alasan perang terhadap terorisme. Mereka diambil tanpa tuduhan dan keluarga kerap tidak diberitahu soal nasib orang yang ditangkap.
Pemerintah Pakistan menyangkal keterlibatannya – tapi organisasi HAM telah mendokumentasikan banyak kasus dan menuntut tanggapan pemerintah. Demikian juga keluarga. Sudah lebih dari 40 hari, mereka mendirikan kamp protes di ibukota Islamabad, tepat di depan kantor presiden dan parlemen, agar suaranya didengar.
            “Suami saya diambil pada 30 Juli 2005 tanpa alasan dan mereka tidak memberi penjelasan apapun pada saya. Dia diambil dari hidup saya dan dari kehidupan ketiga anak saya...” ungkap Amina Janjua yang menjadi pimpinan kelompok ini.
            Perempuan berusia 47 tahun ini menuntut tanggung jawab pemerintah dan mengaku tahu siapa pelaku aksi ini.
             “Mereka adalah agen rahasia Pakistan dan pemerintah Pakistan. Kami keluarga yang sangat dekat, saling mencintai, dan 16 tahun pernikahan kami merupakan masa yang indah. Tapi dia dibawa pergi. Bagaimana saya bisa menerimanya? Saya melawan. Ia seorang pria terkenal, pengusaha, pendidik, anggota masyarakat dan pembayar pajak. Maka dalam mencari jawaban dan mencari suami saya, saya pergi selama satu tahun. Tapi ada tidak ada tahu. Bahkan Presiden bilang 'Saya akan membantu Anda', tapi ia tidak pernah melakukannya. Pada saat itu presidennya Musharaf. Jadi setelah menghadapi jalan buntu, saya memutuskan untuk muncul ke permukaan dan membawa perjuangan saya ke jalanan.”
            Amina mendirikan organisasi Defence of Human Rights untuk memperjuangkan hak orang-orang yang hilang dan keluarganya. Sejauh ini mereka sudah mendaftar ada 1200 orang hilang. Bersama dengan keluarga-keluarga ini mereka mendirikan kamp protes di Islamabad.
            Di depan kamp, Amina memimpin anggota keluarga meneriakkan tuntutan untuk membebaskan orang-orang yang mereka sayangi.
             “Kami melakukannya dengan damai tapi kami diancam. Mereka membakar tenda kami. Intel-intel itu mengancam keluarga yang ada di kamp sepanjang hari. Mereka mematahkan semangat pendukung kami. Orang-orang ini menciptakan situasi yang tidak mungkin bagi kami.”
            Pada 2008, Amnesty International menghimbau pemerintah Pakistan untuk memberikan informasi soal nasib orang-orang yang hilang itu. Tapi kemudian, Presiden Musharraf menampik klaim mereka, dengan mengatakan orang yang hilang diambil organisasi milisi bukan agen negara.
            Setahun kemudian, pemerintah mengubah UU anti terorisme untuk mengurangi hak hukum tersangka terorisme. Berdasarkan hukum baru, para tersangka bisa ditahan hingga 90 hari tanpa pengujian atau hak untuk dibebaskan dengan jaminan.
            Orang-orang dari banyak daerah hilang secara teratur. Jumlah tertinggi berasal dari  Balochistan, dimana tentara dengan brutal memberantas gerakan separatis lokal. Yang lainnya berasal dari daerah yang milisi Islamnya aktif. Dan masih banyak lagi dari seluruh penjuru negeri.
            Bagi masyarakat alasan penculikan sering tidak jelas.
            Human Rights Watch tahun lalu mendokumentasikan belasan kasus perorangan oarang yang diculik di  Balochistan. Informasinya berasal dari para tahanan yang dibebaskan. Salah satunya Saleem ur Rahman , yang pulang ke rumah Juli tahun lalu.
             “Saya ada di rumah dan tidak ke kantor karena ada operasi pencarian di daerah ini. Pasukan keamanan mendatangi rumah saya dan minta saya ikut dengan mereka. Saya keluar dan mereka membawa saya ke kantor polisi. Lalu mata saya di tutup dan saya di bawa ke ruangan yang gelap. Saya tidak tahu lagi hari siang atau malam. Saya  hanya diberi makan dan minum sedikit sehingga saya tidak perlu ke kamar mandi.”
            Awal bulan ini, Senat Pakistan dengan suara bulat mengesahkan resolusi yang meminta pembebasan para tahanan ini dan menyatakan penghilangan warga negara melanggar Konstitusi. Senator Talha Mahmood mendukung resolusi itu.
            “Saya tidak bisa menjamin apapun karena Anda semua tahu kekuatan pasukan yang terlibat dalam penculikan orang-orang ini. Isu orang hilang ini sudah berlangsung lama dan memberi reputasi buruk pada pemerintah baik ditingkat lokal maupun internasional.”
            Para juru kampanye menuduh beberapa elemen pasukan keamanan Pakistan yang melakukan penghilangan. Termasuk bagian dari tentara, polisi dan lainnya dengan badan intelijen yang terkenal berada di daftar paling atas.
Senat juga menuntut pemerintah memberikan laporan detail soal orang hilang sesegara mungkin. Tapi sejauh ini, pemerintah belum memberikan tanggapan resmi.
            Sementara itu, di kamp,  seorang anak lelaki membacakan sebuah puisi. Isinya 'Jangan lupakan kami seperti kami tidak akan melupakanmu.” Amina Janjua memutuskan untuk tinggal di kamp itu tanpa batas waktu.
            “Ada kesedihan, dimana api membakar dalam hati kita yang tidak bisa dijelaskan. Bila orang yang disayangi meninggal, setelah beberapa waktu, Anda bisa berdamai dengannya. Tapi bila orang yang dicintai menghilang, Anda tidak tahu apa yang terjadi padanya dan mengapa ia menghilang. Tidak ada jawaban, tidak ada tuduhan dari pemerintah, hanya dibawa pergi. Itu penyiksaan. Setiap detik, kami menghadapi ini sebagai penyiksaan serta kesedihan, selama bertahun-tahun tanpa akhir.”
             
            Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org. dan dengarkan relay programnya di  BAFP RADIO STREAMING setiap Rabu jam 20.00 WIB dan Minggu jam 20.00 WIB

1 comment:

  1. bodoh, benar-benar bodoh, pemerintah pakistan benar-benar bodoh, hanya inilah komentar yg perlu saya posting, sekali lagi pemerintah pakistan benar2 bodoh, tidak berdaulat dan masih belum merdeka, sekali lagi, benar2 bodoh.

    ReplyDelete